Minggu, 27 Januari 2013

Love Like Oxzygen (2/2)


Tittle : Love Like Oxzygen (2/2)
Author : KireiNa (http://www.facebook.com/kristinajrs)
Main Cast : Bae Suzy, Ok Taecyeon
Genre : Romance, Komedi (garing)
Leght : Twoshoot
Twitter : @kireinashfly (silahkan follow)
blog : elfclouds811.blogspot.com

ending....



“ Anyeonghaseyo ahjuma, Suzy ada?” tanyaku pada pembantu rumah Suzy.

“ Ada, silahkan masuk,” ucapnya membiarkan aku masuk lalu menghilang untuk memanggil Suzy.

Beberapa saat kemudia Suzy keluar menyapaku.

“ Hai,” ucapnya singkat.

“ Ada apa sebenarnya?” tayakku langsung kepokok permasalahan. Aku tidak suka berbelit-belit.

“ Apa?” Suzy membalikkan pertanyaan itu.

“ Kenapa tadi langsung pergi?Kenapa tidak pernah mengangkat teleponku ataupun membalas pesanku,” tanyaku menatapnya tajam.

“ Oh itu, tadi aku sangat sibuk-“

“ Sibuk menghindariku,” pootongku tegas.

Suzy menghela napas berat. Memejamkan matanya sesaat.

“ Kau pulang saja, aku mau istirahat,” ucapnya tanpa menatapku.

Ku lihat wajahnya yang sedikit pucat. Apa dia sakit?

“ Kamu sakit?” tanyaku meletakkan punggung tanganku ke dahinya berniat memeriksa suhu tubuhnya.

PLAK…dengan sekali gerakan dia menepis tanganku.

“ Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu lagi pura-pura perhatian padaku,” ucapnya kesal memalingkan wajahnya tidak mau menatapku lalu berlari menuju kamarnya.

“ Suzy!” panggilku lagi tapi tak ada jawaban.

Pura-pura perhatian? Apa maksudnya. Ku pacu mobilku ke arah rumah Jieun, selama ini dia yang paling akrab dengan Suzy, jadi dia pasti tahu.

“ Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti.

“ Dia sudah tahu kalau kau hanya memanfaatkannya untuk membuat Yonna cemburu,” jelas Jieun yang berhasil membuat jantungku mau lepas dari tempatnya, “ Dia mendengar pembicaraan kalian di ruanganmu tempo hari,”

“ Dia pasti tidak mendengar semuanya,” gumamku menyesal, “ Ini salah paham, awalnya memang seperti itu. Tapi setelah benar-benar mengenal Suzy aku benar-benar jatuh cinta padanya,”

“ Sepertinya kau terlambat, besok Suzy akan pergi,” jawabnya menatapku iba.

“ Pergi? Kemana?” keterkejutanku tidak bisa kusembunyikan lagi.

“ Ke Italia. Sebenarnya sehari sebelum dia mengetahui itu, Suzy mendapat kabar dari ibunya kalau ayahnya memerlukan bantuan Suzy di perusahaan. Tapi karena kondisi perusahaan tidak terlalu kritis dia tetap memilih tinggal disini. Untuk bersamamu…..” Jieun menjeda kalimatnya membuatku tidak sabar, “ Tapi setelah ini semua terjadi dia memutuskan untuk pergi,” jelasnya panjang lebar.

“ Jadi dia akan pergi tanpa pamit padaku?”

“ Salah sendiri kau mempermainkan perasaannya. Suzy itu sangat mencintaimu tahu,” ucap Jieun menoyor kepalaku gemas.

~o0o~

Disinilah aku sekarang, berlari menyusuri bandaran hanya untuk mencari sesosok manusia yang telah aku sakiti selama ini. Dengan langkah gelisah kakiku terus berlari sedangkan mataku dengan teliti menatap setiap wanita yang berpapasan denganku.

Setelah 30 menit aku berlari akhirnya ku temukan sosok itu tengah menatap kosong ke tiket yang digengamnya. Dengan sendirinya langkahku melambat mendekatinya perlahan.

GREB…

Langsung ku dekap tubuh mungilnya dari belakang, berharap dia tidak akan meninggalkanku dengan keadaan seperti ini. Bisa ku rasakan tubuhnya kaget karena pelukan mendadakku.

“ Saranghae,” ucapku berbisik di telinganya.

“Taecyeon -“

“ Mianhae. Jeongmal mianhae,” potongku sebelum dia meluncurkan protes, “ Awalnya aku memang hanya ingin memanfaatkanmu, tapi setelah kita menjalin hubungan aku sadar kalau aku lebih…mencintaimu,” lanjutku melepaskan lenganku lalu membalikkan badannya untuk berhadaan denganku.

Ku tatap langsung manic matanya yang sangat ku rindukan dalam setiap tidurku. Dia hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun. Ya Tuhan..buatlah dia bicara, sungguh aku tidak ingin kehilangan wanita ini. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

‘ PESAWAT TUJUAN ITALIA AKAN SEGERA BERANGKAT. DIMOHON UNTUK PARA PENUMPANG SEGERA BERSIAP-SIAP’

Perlahan di lepaskannya gengaman tanganku dari tangannya.

“ Aku harus pergi,” ucap Suzy mengusap air mata yang sempat menetes di pipi putihnya.

“ Maafkan aku,” ucapku lagi kali ini ku rasakan air bening itu meluncur melewati pipiku.

“ Aku sudah memaafkanmu oppa, tadi Jieun sudah mengatakan semuanya padaku. Tapi…rasa sakit di hatiku tidak bisa sepenuhnya sembuh hanya karena itu,” ucapnya menghapus air mataku dengan tangannya yang hangat.

Suzy mengecup bibirku singkat lalu kembali tersenyum, “ Sampai jumpa Taecyeon oppa,” ucapnya lalu melangkah meninggalkanku.

Aku hanya bisa menatap nanar punggungnya yang semakin menjauh. Menundukkan kepalaku, merutuki diriku sendiri yang telah menyia-nyiakan dan menyakiti wanita yang sangat berharga.

“ Hwaiting oppa,” teriakannya menyadarkanku.

Ku angkat kepalaku menatapnya yang sudah berada di pintu keberangkatan. Tangannya melambai mengucapkan selamat tinggal. Tak terasa tanganku ikut terangkat dan melambai padanya. Lalu sosoknya menghilang bersama burung raksasa yang melintasi angkasa yang luas membawanya ke negeri pizza.

Mataku masih menatap kosong ke langit yang berwarna cerah hari ini. Suzy-a…ku harap kau segera kembali. Kembali dalam pelukanku.

# 1 years latter….

Suzy POV

Pesawat yang membawaku pulang ke negeriku mendarat tepat pukul 14.45. saat keluar dari pintu kedatangan seseorang langsung memelukku erat dan hangat, membuatku kaget.

“ Hai,” ucapnya setelah melepaskan pelukannya, “ Mana oleh-olehku?” tanyannya merangkulku membimbingku meninggalkan bandara.

“ Sepertinya aku lupa membawanya,” ucapku yang berhasil membuatnya cemberut.

“ Haha..kau seperti anak kecil,” ku cubit pipinya gemas, “ Mana Yonna?” tanyaku setelah kami sampai di luar bandara.

“ Biasa lah, diakan suka telat,” ucapnya melirik jam di tangannya, “ Nah itu dia,” lanujutnya meunjuk sebuah mobil yang berhenti tepat didepan kami.

“ Kenapa sih kau tidak pernah tepat waktu,” protes Jieun saat Yonna keluar dari mobilnya.

“ Maaf, maaf, tadi aku harus mengantar seorang nenek-“

“ BOHONG,” teriak aku dan Jieun kompak.

“ Hehe,” tawanya lalu memelukku erat dan hangat, “ Bagaimana kabarmu?” tanyannya setelah melepaskan pelukan kami.

“ Seperti ini lah,” jawabku apa adanya.

“ Seharusnya disana kau makan lebih banyak supaya badanmu sedikit gemuk,” ucap Yonna lagi.

“ Aku kan disana bukan untuk malas-malasan,” protesku memasukkan barang-barangku ke bagasi mobil Yonna dibantu dua sahabat terbaikku itu.

“ Iya..iya,” ucap mereka bersamaan.

Mobil Yonna mulai melaju menyusuri jalanan kota Seoul yang tidak pernah sepi ini menuju rumahku yang satu tahun sudah ku tinggalkan.

“ Bagaimana kabarnya?” tanyaku dalam perjalanan.

“ Seperti itulah,” jawab Yonna yang mengerti arah pembicaraanku.

“ Seperti itu bagaimana?” tanyaku penasaran.

Memang setelah perpisahan kami satu tahun yang lalu aku tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Ku akui aku memang sangat merindukannya selama ini.

“ Bagaimana kalau kita kerumah sakit dulu,” ucap Jieun tiba-tiba.

“ Shireo,” tolakku cepat.

Buat apa kerumah sakit. Bagaimana kalau dia sudah melupakanku. Mau di taruh dimana mukaku. Mereka pun mengalah dan mengantarkanku pulang.

~o0o~

Hari ini akhirnya tiba, ide yang tiba-tiba muncul dalam otakku akan ku lancarkan hari ini. Aku menghubungi Yonna dan Jieun untuk membantu rencana terselubungku. Lupakan masalah malu, yang harus ku lakukan sekarang adalah pura-pura kesakitan. Yonna dan Jieun yang pernah magang di rumah sakitpun meminta bantuan pada suster dan karyawan lain. Untung saja hari ini lumayan sepi jadi kami bisa leluasa menluncurkan rencana ini.

Pertama mereka membantuku membuat aku terlihat sesakit mungkin. Membalurkan obat merah dan sedikit darah keseluruh tubuhku. Aku dibaringkan di sebuah tempat tidur berroda. Sebelumnya Yonna sudah memberitahu Taecyeon kalau mobil yang aku kendarai dalam perjalanan pulang mengalami kecelakaan dan sekarang aku di rumah sakit. Sekarat.

It’s Show time. Yonna dan Jieun panic juga sampai menangis sesegukan mendorong tempat tidur yang digunakan untuk membaringkanku. Aku sempat dibuat terpukau dengan acting mereka yang sangat menyakinkan itu.

“ Suzy…” teriakan itu datang dari seorang namja yang berlari menghampiri tubuhku , de genggamnya tanganku erat, “ Bagaimana ini bisa terjadi?” tanyanya panic dan bingung. Kubuka sedikit mataku mengintip mereka.

“ Dokter, dia kritis,” ucap seorang suster. Ku pejamkan mataku lagi.

“ Cepat bawa ke ruang UGD ah tidak ruang operasi, ah…” Taecyeon mengacak rambutnya frustasi.

Perutku sakit menahan tawa sedangkan Yonna dan Jieun terus menangis tapi aku tahu kalau sebenarnya mereka tertawa. Aku pura-pura sesak napas, berakting seperti orang-orang yang sekarat.

“ Dokter…dokter,” teriak seorang suster histeris yang dibuat-buat.

“ Nadinya melemah,” balas yang satu lagi.

“ Suzyyy….bertahan,” ucap Jieun memegang tanganku ikut histeris.

Karena penasaran ku buka lagi mataku sedikit untuk melihat ekspresi wajahnya. Wajahnya pucat pasi, sementara itu suster-suster itu pura-pura bingung Yonna dan Jieun ikut berteriak-teriak memanggil namaku. Dan….

BRRRUK

Taecyeon terjatuh. Pingsan. Tak sadarkan diri. Aku langsung bangun, menatap tak percaya pada tubuh berbalut jas kebesarannya yang selalu ia banggakan. Semua suster, Yonna, Jieun dan tak terkecuali aku, melongo dengan mata sedikit membulat.

“ Kenapa jadi dia yang pingsan?” ucapan Jieun menyadarkan kami semua.

Rasa takjub dan tak percaya, itulah yang aku rasakan. Aku segera turun dari tempat tidur mendekati Taecyeon yang masih tergeletak tak berdaya di lantai rumah sakit.

“ Taecyeon-ssi,” ku tepuk pipinya perlahan tapi tak ada gerakan balasan.

Akhirnya kami mengangkat tubuhnya ke atas tempat tidur yang tadinya aku tiduri dan membawanya ke sebuah ruangan.

“ Dia kan dokter, bagaimana bisa seorang dokter malah pingsan saat keadaan gawat seperti itu,” ucap Jieun.

“ Aku jadi meragukan gelar dokternya,” lanjutku.

“ Berarti sudah terbukti kalau dia sangat mencintaimu, Suzy-a,” Yonna menyenggol lenganku, membuatku tersenyum penuh arti.

Beberapa saat kemudian dia mulai bergerak membuka matanya perlahan.

“ Suzy…” rancaunya belum sadar sepenuhnya.

“ SUZY…” sekarang teriakan itu bisa ku dengar.

Taecyeon mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan berhenti padaku yang masih berlumuran darah palsu. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidurnya menghampiriku lalu memelukku erat.

“ Apa aku ikut mati?” gumamnya setelah melepaskan pelukannya. Lalu mengarahkan tatapanya pada Yonna dan Jieun, “ Tapi kenapa kalian juga ada disini?” tanyanya menunjuk kedua sahabatku yang menahan tawa. wajah mereka sudah memerah sempurna kali ini.

“ Buahahahahahaha…” tawa kami bertiga pecah seketika.

Wajahnya bingung menatap kami bertiga. Frustasi..hanya itu yang bisa ku gambarkan.

“ Aku pasti sudah gila,” dia melangkah mundur sambil memegangi kepalanya.

“ Sepertinya sudah cukup, Suzy-a,” Yonna mulai bisa mengendalikan tawanya.

Aku menghela napas sebentar lalu melangkah mendekatinya, menjitak kepalanya keras.

“ Awww,” dia mengelus-elus bekas jitakanku.

“ Apa itu bisa menyadarkanmu?” tanyaku membungkukkan badan agar wajah kami sejajar.

Matanya yang sipit semakin menyipit menatapku.

“ Dokter Ok,” beberapa suster masuk keruangan ini. Aku kembali menegakkan badanku.

“ Syukurlah kau sudah sadar, kami merasa sangat menyesal. Maaf sudah ikut andil dalam rencana-“

“ Jadi kalian semua mengerjai aku?!” ucapnya menaikkan suaranya beberapa oktaf.

“ Happy birthday,” ucapku lembut lalu mengecup bibirnya sekilas. Bisa kuraakan kalau dia terkejut dengan kecupan singkatku.

“ Selamat ulang tahun…” teriak mereka serempak menyalakan kembang api sedangkan Yonna dan Jieun membawa kue yang kami sembunyikan dengan lilin berbentuk angka 24.

“ Ah…seharusnya aku tahu,” dia menghela napas, lalu.. “ Aku hanpir mati karena ulahmu tahu,” teriaknya yang berhasil membuat semua orang yang ada di ruangan ini menutup telinganya. Lalu memelukku erat dan kali ini sangat lama.

“ Ehem..” Yonna sengaja berdehem, Taecyeonpun melepaskan pelukannya.

“ Sampai kapan kau mau menelantarkan lilin yang hanpir meleleh habis ini, dokter Ok,” lanjut Jieun.

Taecyeon menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu lalu diam sesaat dan meniup lilin itu. Semua bergantian mengucapkan selamat ulang tahun dan Taecyeon berjanji akan mengadakan pesta kecil sepulang kerja dengan mereka semua.

“ Aku jadi meragukan gelar dokter mu itu,” ucap Jieun mengulang pertanyaanku saat kami hanya bertiga di kantor Taecyeon dengan bajuku yang sudah berganti.

“ Iya, bagaimana bisa seorang dokter malah pingsan disaat sang pasien kritis,” lanjut Yonna.

Lengan kanan Taecyeon melingkar di pingangku sedangkan sebelah kiri memegang segelas kopi.

“ Bisa-bisa kau dituntut,” Yonna menyesap kopinya.

“ Kalian ini bagaimana. Mana mungkin aku bisa berdiri tegak melihat wanita yang aku cintai meninggal didepan mataku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa,” jawabnya yang sukses membuat pipiku memanas, kurasa sekarang pipiku sudah semerah tomat.

“ Cie..” kata Yonna dan Jieun menggodaku.

“ Sebenarnya hari ini aku libur, tapi ketika mendengar kabar dari Yonna tadi aku lagsung kesini,” lanjut Taecyeon lagi.

“ Ouh…gawat. Yonna, bukankah hari ini kita harus menghadap Profesor Choi,” ucap Jieun menepuk dahinya.

“ Bodoh,” balas Yonna melirik jam yang melingkar di lengannya lalu menyambar tas.

“ Suzy, oppa kita pergi dulu, sampai ketemu nanti malam,” teriak Yonna dari pintu.

“ Bye Suzy Taecyeon-ssi,” ucap Jieun menyusul Yonna, “ Bersenang-senanglah selagi sepi..hehe,” tambahnya mengedipkan sebelah matanya pada Taecyeon.

“ Ckckk,” decak Taecyeon lalu melirikku.

Aku hanya bisa menatap punggung mereka yang sudah menghilang di balik pintu.

“ Selalu seperti itu,” gumamku lirih.

Taecyeon meletakkan gelas kopinya dan turun dari meja yang kami duduki. Badannya sedikit membungkuk agar sejajar dengan wajahku dan meletakkan tangannya menyangga tubunya di kanan kiriku. Saat ini wajah kami hanya berjarak kurang lebih 10 cm membuatku bisa merasakan napasnya yang menerpa wajahku. Membuat wajahku kembali memanas dan deru jantungku yang tidak beraturan kembali muncul.

“ Jangan lakukan itu lagi,” ucapnya menatapku tajam.

Senyum itu langsung tersungging di bibirku.

“ Kalau kau masih ingin melihatku hidup jangan lakukan itu lagi. Arraseo?” jelasnya.

“ Ne,” jawabku malas. Memundurkan tubuhku menyangganya dengan kedua tanganku yang ku letakkan dibelakang, sebisa mungkin menjauhkan wajahku dari wajahnya, “ Tadinya aku hanya ingin memberimu kejutan, tapi kau malah pingsan,” lanjutku menegakkan tubuhku lagi hingga posisi semula untuk melihat ekspresinya.

Matanya menyipit.

“ Lebih tepatnya kau menguji jantungku,” balasnya.

Bibirku kembali menyungingkan senyum, “ Kau masih mencintaiku?”

Dia terdiam beberapa saat, “ Tentu saja. setelah kita berpisah satu tahun yang lalu, rasa cinta ini semakin dalam. Dan setelah itu, otakku hanya di penuhi dengan Suzy, Suzy dan Bae Suzy,” ucapnya mendekatkan wajahnya, “ Aku mencintaimu. Saranghae,”

Pertanyaan bodoh, aku jadi salah tingkah sendiri. Kupegang pipiku yang memanas dengan kedua tanganku.Taecyeon mendekatkan wajahnya mengambil tanganku dan meletakkannya di lehernya. Dia mulai mencium bibirku lembut, sebelah tangannya memegangi tengkuku agar ciumannya tidak terlepas. Ku balas ciumannya tak kalah lembut, menyalurkan kerinduan yang tertunda selama 1 tahun ini.

Jantungku berdebar sangat cepat setiap kali bibirnya bergerak lembut. jemariku mulai menyusup ke rambut hitamnya. Semakin lama ku rasa dadaku sesak, seakan semua oksigenku diambilnya.

CEKLEK…

”Ups,” suara seseorang menyadarkan kami. Taecyeon melepaskan ciumannya dan sedikit menjauh dari tubuhku. Aku segera memalingkan wajahku menyembunyikan rasa malu dan wajahku yang semerah kepiting rebus. Kami sama-sama salah tingkah.

“ M-Maaf dokter Ok, tapi anda di perlukan di ruang UGD,” ucap suster itu dengan wajah yang memerah.

“ Aku segera kesana,” jawab Taecyeon datar mengambil jasnya dan peralatan yang selalu bertengger di lehernya, “ Hari inikan jadwalku libur,” gumamnya mengerucutkan bibirnya lucu.

“ Aku segera kembali,” ucapnya lembut mengecup dahiku.

Aku hanya mengangguk, mataku terus mengikutinya sampai dia akan menutup pintu.

“ Oppa,” panggilku ketika dia akan menutup pintu.

“ Ne,”

“ Jangan pingsan lagi,” ucapku menahan tawa. Taecyeon menutup pintu dengan kesal dan tawakupun meledak.

END….^^

gomawo yang udah mau baca. RCL please...
menerima request FF, silahkan inbox ke http://www.facebook.com/kristinajrs atau tweet ke @kireinashfly.


~kireina~

Love Like Oxzygen (1/2)


 Tittle : Love Like Oxzygen (1/2)
Author : KireiNa (http://www.facebook.com/kristinajrs)
Main Cast : Bae Suzy, Ok Taecyeon
Genre : Romance, Komedi (garing)
Leght : Twoshoot
Twitter : @kireinashfly (silahkan follow)

Tadinya mau Oneshoot tapi ternyata kepanjangan..hehe.
FF ini juga pernah di post di http://www.facebook.com/FanficSuzy.MissA
Ok..Happy reading...^^




Bae Suzy POV

Dua bulan sudah aku menjalin hubugan dengan Taecyeon. Sampai saat inipun hubungan kami masih baik-baik saja, tak ada pertengkaran yang berarti, hanya saja ku akui sikapnya sedikit dingin padaku. Saat ini kami sedang makan siang di kantin rumah sakit. Aku membuatkan makanan untuknya untuk yang kesekian kalinya.

Ku perhatikan wajahnya dengan penasaran.

“ Otteyo? Enak tidak?” tanyaku setelah dia mencicipinya.

Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Ah…aku senang melihatnya tersenyum dengan mulut penuh makanan itu. Tidak sia-sia aku bangun jam 5 pagi untuk membuatnya, karena ada kelas pagi.

End Suzy POV

Seorang namja berjalan menghampiri meja Suzy dan Taecyeon di kantin. Dengan ragu dia menepuk bahu Suzy hingga gadis itu menoleh kea rahnya.

“ Ini benar kau?” ucap namja itu dengan mata berbinar-binar.

Suzy terlihat kaget, tapi dia tersadar kalau ini bukan mimpi. Sedangkan Taecyeon yang sedang makan dengan lahapnya harus terpaksa berhenti untuk melihat pertemuan Suzy dengan namja jangkung itu. Matanya yang sipit semakin menyipit hingga menyisakan garis tipis.

“ Minho,” ucap Suzy tak percaya.

Namja yang bernama Minho itupun langsung memeluk Suzy, awalnya memang mengagetkan tapi Suzy membalas pelukan Minho. Minho..mantan pacarnya saat masih SMA, mereka putus bukan karena bosan atau karena sudah tidak cocok, tapi karena Minho harus melanjutkan Kuliahnya di luar negeri. Selama 2 tahun itu mereka tidak pernah berhubungan lagi hingga mereka bertemu disini.

“ Ehem…” Taecyeon sengaja berdehem karena merasa dicuekin.

Suzy yang sadar segera melepaskan pelukannya pada Minho.

“ Hehe..maaf, Minho ini Taecyeon dan oppa, ini Minho teman SMA ku,” ucap Suzy memperkenalkan mereka.

Minho pun mengulurkan tangannya dan Taecyeon pun menyambutnya untuk berjabat tangan.

“ Wah, ternyata benar yang di katakan Jieun kalau kau sudah punya kekasih,” ucap Minho dengan nada kecewa.

“ Kau sudah bertemu Jieun? Kapan?”

“ Kemarin,” jawab Minho menatap Suzy.

Taecyeon dengan cueknya melanjutkan kegiataannya menyantap makanan yang dibuatkan Suzy.

“ Oh..aku sampai lupa, kenapa kau bisa disini?”

“ Kemarin Taemin masuk rumah sakit, karena kecelakaan,”

“ Apa parah?” tanya Suzy ikut khawatir.

“ Hanya lengannya sedikit retak,” jawab Minho dengan
senyum manis dibibirnya menyakinkan Suzy kalau adiknya itu baik-baik saja.

“ Aku sudah selesai makan. Aku duluan,” ucap Taecyeon sambil berdiri dari tempat duduknya tanpa berpamitan pada Suzy.

“ Oh… selamat bekerja oppa,” ucap Suzy memberi semangat.

Taecyeon meninggalkan kantin dengan sedikit kesal karena sikap Suzy yang tidak menganggapnya. Sedangkan Suzy dan Minho masih berbincang-bincang setelah kepergian Taecyeon.

Taecyeon POV

Huh… apa-apaan dia itu. Memperlakukan kekasihnya seperti ini. Laki-laki bernama Minho itu, pasti dulu mereka pernah ada hubungan. Aku bisa melihat kalau ada kerinduan di mata mereka. Rasanya kesal sekali. Eh? Kesal?
Di tengah perjalanan menuju kantorku aku berpapasan dengan Yonna, sepertinya dia akan menuju ke kantin.

“ Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyaku padanya.

“ Yah… tidak lebih baik dari kemarin,” jawabnya berlalu.

Ada apa dengannya? Sejak 1 minggu yang lalu sikapnya jadi seperti itu padaku, apa rencanaku sudah mulai berhasil? Haha…

Suzy POV

Aku bisa melihat kekesalan di mata Taecyeon sewaktu meninggalkan kantin tadi. Apa aku melakukan kesalahan? Akh..bodoh..jelas saja kalau dia kesal. Aku yang katanya mau menemaninya makan siang tapi malah meninggalkannya untuk mengobrol dengan Minho yang tiba-tiba muncul.

“ Kau kenapa?” tanya Jieun saat dia datang kekantin.

“ Tidak apa-apa, aku hanya sedikit merasa bersalah pada Taecyeon oppa. Tadi Minho datang dan aku malah mendiamkan Taecyeon oppa yang jelas-jelas ada di depanku,” jelasku panjang kali lebar.

“ Biarkan saja. mungkin dia cemburu,” ucap Jieun santai.

“ Jinja?” tanyaku antusias, tapi aku teringat sesuatu, " Aku tidak percaya kalau dia cemburu, biasanya kalau aku cerita-,”

“ Aku kan hanya bilang ‘mungkin’,” potong Jieun menekankan kata mungkin.

Ya..mana mungkin dia cemburu. Tak pernah sedikitpun aku mendengar dia melarangku atau marah saat aku meminta izin untuk pergi dengan teman-teman namjaku. Saat aku memancingnya dengan membicarakan teman laki-lakikupun dia hanya berwajah datar, tak pernah terlihat cemburu. Mungkin tidak ada kata cemburu di kamus cintanya.

~o0o~

Hari ini aku sangat sibuk, tugasku banyak sekali jadi aku tidak bisa menemiu Taecyeon di rumah sakit. 2 hari kedepan pun begitu. Rasanya ingin cepat menyelesaikan tugas ini, supaya cepat terbebas dari guru yang menyebalkan itu.

‘ drt…drt..’ ku ambil ponsel yang berada di saku celanaku, melihat nama yang tertera di layar ponselku lalu menjawabnya.

“ Yoboseyo,” sapaku pada orang diseberang.

“ Halo sayang, bagaimana kabarmu?” jawab suara yang
paling aku rindukan.

“ Suzy baik-baik saja,” pasti Eomma akan membicarakan tawarannya tempo hari.

“ Baguslah. Oh iya, bagaimana tawaran eomma? Apa kamu tidak mau kuliah disini? Appamu juga membutuhkan bantuanmu di perusahaan,” Nah..apa aku bilang.

“ Eomma…aku kan sudah bilang, aku masih betah disini. Lagi pula kampusku yang sekarang cukup bagus kok,”

“ Eomma sudah kirim kan tiket pesawat untukmu. Kalau dalam lima hari kamu tetap tidak mau ya sudah,” ucap eomma terdengar pasrah.

“ Eomma..” aku jadi tidak tega menolaknya tapi mau bagaimana lagi.

Aku ingin tetap disini bersama orang yang aku cintai.
Taecyeon. Sekarang kakiku melangkah kesebuah ruangan di ujung koridor ini. Didepannya tertulis “ Ok Taecyeon, sepesialis penyakit dalam”, tanganku sudah bertengger di knop pintu tapi niatku untuk membuka pintu terurungkan.

“ Aku tidak suka melihatmu bersama Suzy,” suara itu..suara yang sangat ku kenal, “ Kau bilang kau suka padaku, tapi sekarang kau malah bersama Suzy,” lanjutnya mataku membelalak kaget.

Penasaran dengan orang yang sedang berbicara didalam, kepalaku terusik untuk melihatnya dari kaca yang terpasang dipintu. Benar itu Yonna.

“ Haha..ternyata aku berhasil membuatmu cemburu,” suara laki-laki yang sangat kurindukan itu terdengar.

Apa maksud mereka? Apa yang mereka bicarakan?

“ Biar ku perjelas, dulu…aku pacaran dengan Suzy hanya untuk membuatmu cemburu,”

DEG…!! Benarkah apa yang ku dengar ini? Seketika mataku memanas, tenggorokanku tercekat. Hatiku sakit, bagaikan ada ribuan jarum yang menusuk-nusuknya. Jadi, selama ini dia hanya memanfaatkanku? Dia tidak benar-benar mencintaiku. Dia pacaran denganku hanya untuk membuat Yonna cemburu? Tega sekali kau Ok Taecyeon.

‘ Jahattttttttttttttttt….’ teriakku dalam hati memegangi dadaku.

Seketika kakiku lemas, seakan oksigen tak mampu masuk ke paru-paruku lagi. Jika aku berdiri lebih lama disini entah apa yang aku dengar selanjutnya. Ku langkahkan kakiku menjauh dari ruangan itu dengan air mata yang mulai menetes mengalir ke pipiku. Ku seka air mataku dengan punggung tanganku sebelum ada orang yang melihat.

“ Kau sudah tahu?” aku mendengar suara Jieun saat ku biarkan tubuhku bersandar di dinding ruang UGD, karena kalau aku menangis disini pasti orang-orang akan menyangka kalau aku menangisi pasien yang baru saja masuk.

“ Jieun-a,” ucapku pelan lalu menghambur ke pelukannya.

Air mataku kembali mengalir deras. Jieun membawaku ke kantin rumah sakit untuk menenagkanku. Jieun memang sahabat yang paling mengerti diriku. Disaat seperti ini yang ku perlukan memang ketenangan. Aksi diamnya yang membiarkanku menangis tanpa gangguan pertanyaanpun berhasil menenangkanku.

“ Huft,” aku menghela napas panjang menyudahi tangisku,
“ Maaf ya aku sempat tidak percaya padamu,” lanjutku. 2 minggu yang lalu Jieun pernah bilang padaku kalau Taecyeon hanya memanfaatkanku dan saat itu aku sama sekali tidak percaya padanya.

“ Gwenchana,” ucapnya menyodorkan tisu lagi padaku.

“ Hei..kau mengejekku ya,” ucapku merebut tisu dari tangannya, “ Siapa bilang aku akan menangis lagi,” lanjutku dengan wajah cemberut.

“ Haha..maaf-maaf. Lalu bagaimana rencanamu setelah ini?” tanyanya menopang dagu dengan sebelah tangannya.

“ Kemarin eomma menelepon memintaku untuk menyusulnya,” jawabku mengeluarkan selembar tiket tujuan Italia yang di kirimkan eomma.

“ Ya, kau sudah bilang padaku di telepon tadi malam,” Jieun memutar bola matanya malas.

Aku mengangguk, “ Ku rasa aku akan menerimanya. Tadinya aku ingin tetap disini karena dia, tapi…sekarang sudah tidak ada alasan untukku tetap disini. Karena appa pasti lebih membutuhkan aku,” aku ikut menopang dagu.

“ Baguslah,” komentarnya cepat lalu meminum jus alpukat kesukaannya.

“ Hah? Pendek sekali komentarmu, apa kau tidak mau menahanku?” ucapku mengerucutkan bibirku pura-pura kesal.

“ Untuk apa menahanmu? Kalau kau tetap disini pasti aku akan bosan karena mendengarmu curhat terus,” jawab Jieun sambil memakan roti lapisnya.

“ Tega sekali kau,” ku senggol lengannya yang memegang roti.

Hahaha..kami tertawa bersama. Kalau bersama temanku yang satu ini pasti aku akan seperti ini. Melupakan masalahku untuk sesaat.

“ Sejujurnya aku masih ingin bersamanya,” gumamku terlarut dalam kesedihan lagi.

“ Mwo? Kau masih ingin bersama dengannya?” Jieun terkejut mendengar ucapanku.

“ Ada suatu tempat yang ingin aku kunjungi bersamanya, dia pernah berjanji akan membawaku kesana,”

“ Terserah kaulah,” kurasa sekarang Jieun ngambek karena ke plin-plananku.

“ Jieun-a,” rayuku.

“ Mwo?” kesalnya kembali memakan rotinya yang masih separuh.

Setelah itu aku menghubungi Taecyeon oppa untuk bertemu di tempat yang ingin kami kunjungi, sebuah bukit diatas perumahan. Dari sini aku bisa melihat seluruh kota dengan lampu yang berkelap-kelip. Kuhembuskan napas menikmati setiap detik keberadaanku di tempat ini.

Sudah 30 menit aku disini tapi taecyeon oppa belum juga menampakkan diri. Apa dia akan terlambat? Kuambil ponsel dari dalam hodieku mengeceknya, mungkin ada telepon atau pesan dari Taecyeon oppa. Tidak ada. Dia tidak member kabar padaku.

“ Oppa, kau di mana?” gumamku menyandarkan tubuhku dipagar pembatas, “ Apa dia benar-benar tidak mencintaiku?”

Aku menunggu dan terus menunggu, hingga 3 jam dari waktu yang aku tentukan sudah sejak tadi terlewati tapi dia tidak muncul juga. Rasanya sesak sekali. Ku pukul dadaku pelan, disini sangat sakit. Air mataku kembali menetes, untuk beberapa saat ku biarkan air mata ini terus mengalir. Sudahlah Bae Suzy. Aku pulang, selamat tinggal oppa.

Pagi harinya aku kembali kerumah sakit, bukan untuk menemui Taecyeon oppa tapi untuk berpamitan pada Jieun dan juga Minho.

“ Hum…sepertinya aku akan merindukanmu,” ucapku memeluk Jieun erat.

“ Kalau tidak merindukanku berarti kau tidak waras,” balasnya.

“ Wah…ada acara apa nih?” seseorang membuat kami melepaskan pelukan kami.

“ Hai Minho, “ sapa kami bersama.

“ Apa aku ketinggalan berita?” tanyanya duduk didepan kami melipat tangnnya didepan dada.

“ Sepertinya aku mendengar kalau besok Taemin sudah boleh pulang,” ucap Jieun mengalihkan pembicaraan.

“ Ne, ia juga sudah merengek-rengek minta pulang,”

“ Aku sampai lupa belum menjenguknya lagi,” ucapku meminum jus stroberyku.

“ Bagaimana kalau setelah ini kita kesana,” Jieun memberi penawaran.

“ Boleh, kebetulan aku sudah tidak ada acara hari ini,” ucapku menyetujui, “ Kau tidak makan?” tanyaku pada Minho yang ku ingat tidak membawa makanan saat datang tadi.

“ Aku sedang memesan makanan untuk di makan di kamar Taemin, soalnya dia sendirian,” jawabnya menunjuk-nunjuk tempat memesan makanan dengan dagunya.

Beberapa menit kemudian pesanan Minho datang bersama dengan datangnya Taecyeon dan Yonna. Mereka terlihat senang. Apa mereka sudah jadian?

“ Suzy, kapan datang?” tanya Taecyeon mengacak rambutku lembut lalu mengambil tempat duduk disebelahku.

“ Sudah sejak tadi. Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu makan, aku sudah ada janji,” ucapku lalu bangun dari posisiku, disusul Jieun dan Minho.

Tanpa menatapnya aku segera pergi dari kantin. Untuk saat ini aku tidak ingin bertemu dengannya. Sakit hatiku tak akan hilang begitu saja. Rasa sakit ini begitu terasa saat melihatnya tadi. Kenapa disaat aku sangat mencintai seseorang malah ini yang aku dapat?

Taecyeon POV

Hari itu Yonna datang keruanganku hanya untuk mengatakan kalau dia cemburu pada Suzy. Hah…ternyata rencana awalku untuk membuatnya cemburu berhasil juga. Tapi sekarang hatiku sudah berpaling, tak ada keinginan untuk memilikinya seperti dulu sebelum aku mengenal sosok Suzy.

Aku tahu, dulu aku berpacaran dengan Suzy hanya untuk membuat Yonna cemburu, tapi sekarang aku sangat menyayangi Suzy. Mencintai sosok yang manja dan bawel itu.

“ Biar ku perjelas, dulu…aku pacaran dengan Suzy hanya untuk membuatmu cemburu, tapi sekarang sudah terlambat, aku sudah mencintai Suzy,” jawabku datar.

Aku tidak menyesal mengatakan itu, karena memang itulah yang harus aku katakana padanya.

“ Hah..seharusnya dulu aku terima saja,” ucapnya menghela napas.

“ Haha..sudahlah, tidak perlu dibahas lagi. Aku lapar, kau mau makan kan?”

Kami berjalan menuju kantin. Hanya sekali mengedarkan pandanganku, mataku langsung menangkap sosok itu. Sosok yang beberapa hari ini sangat ku rindukan. Aku baru sadar saat dia tidak ada. Rasanya ada sesuatu yang hilang dari diriku. Mataku menyipit saat menyadari laki-laki yang duduk di depannya itu. Mau apa lagi dia?

Setelah 4 hari tidak bertemu, dan sekarang dia ada disini tapi namja yang ditemui malah mantan pacarnya. Apakah dia lupa kalau kekasihnya itu aku?

“ Suzy, kapan datang?” ucapku mengacuhkan laki-laki itu dan duduk disebelah Suzy.

“ Sudah sejak tadi. Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu makan, aku sudah ada janji,” ucapnya tanpa menatapku lalu pergi.

Aku sadar ada yang salah dengannya. Selama ini dia tidak pernah bilang begitu, Suzy sangat tahu kalau aku tidak suka makan sendirian, jadi bagaimanapun kegiatannya dia pasti akan menemaniku makan walaupun sebentar. Tapi sekarang?

Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh bersama Jieun dan laki-laki itu. Apa aku melakukan kesalahan? Apa dia benar-benar tidak merindukanku? Menatapku saja tidak.

Pertanyaan-pertanyaan terus berputer dikepalaku, apa yang membuatnya menghindariku seperti ini?. SMS dan telepon pun tak dihiraukannya. Aku yakin kalau ada yang dia sembunyikan. Akhirnya malam ini ku putuskan untuk mendatangi rumahnya.

TBC.....^^

Apa yang akan terjadi selanjutnya......tunggu part selanjutnya^^
RCL please^^ Gomawo^^



~kireina~








Minggu, 06 Januari 2013

Super Junior M - Break Down

MV terbaru Super Junior M- Break Down
http://www.youtube.com/watch?v=e_Nz8t3vNo8&feature=youtu.be

Eksotisme Yogyakarta

Photo di atas adalah foto ketika Kyuhyun, Eunhyuk dan Ryeowook menikmati liburan di Yunani. Foto ini menggambarkan betapa takjubnya mereka bertiga dengan pemandangan di depan mereka. terlihat mereka sangat menikmati pemandangan itu.

Tahukah kalian kalau di Yogyakarta ada juga pemandangan yang nggak kalah eksotis dari pemandangan di foto itu (nunjuk atas), inilah dia...jeng..jeng...


Ini foto aku copas dari salah satu web karena aku juga belum pernah kesana  tapi kalau rencana untuk kesana sudah ada. Lokasinya berada di Kebun Buah Mangunan Imogiri Bantul Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya cari di google map aja..hehe
Baguskan..Untuk menikmati pemandangan yang indah kita nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri. di Negeri sendiri aja masih ada.

~kireiNa~

Rabu, 26 Desember 2012

Welcome to my live

Welcome to my live
  • Author : Kim Senna
  • Genre  : fantasi, romance, school life
Cast : keterangan
Ø  Sayuri Iwata    : siswi baru diSeihyo High School
Ø  Sekai Kuraki    : siswa Seihyo High School ketua Angel Devil
Ø  Kaito Kid          : siswa Seihyo High School gitaris Angel Devil
Ø  Shinichi Kudo   : siswa Seihyo High School bassis Angel Devil
Ø  Yoichi Inu        : siswa Seihyo High School drumer Angel Devil
Ø  Nami Naomi    : teman Sayuri Iwata di sekolah yang lama
Ø  Lee Kamiya     : mantan kekasih Sayuri Iwata
Ø  Keka                : gadis pilihan Ibu Kai

                Aku Sayuri Iwata. Gadis berumur 17 tahun. Cute dan manis, itu menurutku. Aku hanya gadis biasa setidaknya sebelum umurku 8 tahun, saat umur 8 tahun tepatnya setelah ibuku meninggal, tiba-tiba saja aku mendapat sebuah kekuatan aneh. Aku bisa menggerakkan benda-benda disekitarku sesuai keinginanku, awalnya aku tak menyadari hal ini. Saat aku marah dan tidak bisa mengendalikan emosiku semua benda-benda itu melayang-layang disekitarku, semua menjadi berantakan. Dan sekarang aku sudah terbiasa dengan ini semua sehingga aku bisa mengendalikan semuanya. Lepas dari kekuatan itu aku hanya gadis yang selalu ceria dan punya hobi dalam music, menyanyi, dance dan membuat lagu.
                Tak berhenti sampai disitu, saat umurku 10  tahun, aku mendapatkan kelebihan yang lain. Aku bisa membaca pikiran makhluk yang hidup di bumi ini, kecuali tumbuhan, aku belum belajar tentang itu. Semua ini sangat membuatku takut, jangan-jangan aku ini bukan manusia normal. Apakah semua ini pantas kusebut kelebihan atau malah sebagai kutukan? Sampai sekarang aku belum mendapatkan jawabannya.
                “ Yuri..! kau mau masuk sekolah atau tidak?” teriak Kai dengan kesal dari depan pintu utama rumahku.
                Tiap kali aku memperhatikan laki-laki ini, aku selalu mendapat sesuatu yang baru darinya, tentang sifatnya yang dingin kepada setiap orang terkecuali orang yang benar-benar dekat padanya. Kenapa aku harus menerima orang ini untuk tinggal dirumahku, memang aku menyediakan kamar untuk disewakan tapi dia itu laki-laki. Ya dia laki-laki. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah sewaktu aku di halte bis menunggu bis untuk berangkat ke sekolah, ku kira dia murid lama di sekolahku.
Ya, laki-laki itu. Sekai Kuraki, cowok popular disekolah, kapten tim basket dan juga ketu Angel Devil, band di sekolahku. Dia juga yang membuatku bingung, karna aku tak bisa membaca pikirannya. Ini membuatku semakin penasaran dan frustasi dengan laki-laki aneh ini.
                Kai mulai memperbaiki posisi berdirinya,“ lama sekali kau.” Katanya saat melihatku keluar.
                “ hei, aku tidak menyuruhmu untuk menunggu aku kan?” tanyaku membenahi rambutku dan mulai berjalan.
                “ aku bosan naik motor sendiri. Ayo.” Kai menarik tanganku membimbingku naik ke boncengan motornya.
                “ hei. Kalau aku bersamamu, aku bisa dihajar oleh para ‘Fans vanatik’ mu itu.” Kutekankan pada kata fans vanatik nya.
                Tanpa memperdulikan aku, Kai langsung memacu motornya melewati jalan yang lumayan sepi. Ku lingkarkan kedua lenganku pada perutnya, aku takut sekali. Tapi saat ku sandarkan kepalaku ke punggungnya , makin mendekapnya erat, perasaan nyaman itu tiba-tiba datang padaku. Rasa takutku seakan ikut terbawa hembusan napasku.
                Benar saja apa yang aku katakana. Semua murid-murid menatap heran ke arah kami berdua. Terutama para fans Kai, mereka memelototkan matanya ke arah ku. Haduw.. awas kau Kai..!!
                “ apa hubungan mu dengan Kak Kai?” Tanya seorang murid perempuan yang bahkan aku tak tahu namanya, tapi seingatku, aku pernah melihatnya di kelas.
                “ aku dan Kai nggak ada hubungan apapun.” Jawabku santai.
                Aku menemukan tempat rahasia di sekolah baruku ini. Sebuah hutan kecil, tapi bagiku ini merupakan sebuah taman. Kurasa jarang yang datang kemari, mungkin mereka tak menyangka kalau di tengah hutan ini ada sebuah padang bunga yang indah. Aku bisa menghabiskan waktu seharian disini. Di tempat rahasiaku ini.
@@@
                “ makan?” tanyaku saat Kai masuk kerumah.
                Tanpa menjawabnya dia langsung masuk ke kamarnya. Sudah 1 minggu dia tinggal dirumah ini, tapi sikapnya tak berubah juga. Huh. Aku benci dia. Tapi malam ini aku harus bisa mendekatinya, karna aku benar-benar tidak mengerti dengan soal-soal fisika yang diberikan Guru Kim yang centil itu. Di kepalanya hanya ada wajah para pria-pria tampan dan mengenai perasaan kagumnya pada Kai dan akh, cintanya pada Pak Mouri. Aku heran bagaimana dia bisa mengajar dengan pikiran yang seperti itu. Mungin rumus-rumus itu sudah berada di luar kepalanya. Berbeda denganku, rumus-rumus fisika itu memang diluar kepalaku tapi diluar karna tak bisa aku pahami …haha.
                “ tulilittt…tulilittt….you have a call.” Hapeku bordering.
                “ Yuri… sebagai menejer tidak langsungmu-“
                “ aku tidak mau, katakana pada mereka.” Ucapku memotong kalimat sahabatku. Nami.
                “ biarkan aku bicara.” Ucapnya sebal.
                “ Nami sayang, kau harusnya bersyukur karna tidak perlu repot menjelaskannya padaku.” Ucapku terkekeh.
                “ yasudahlah, aku tunggu kau di pesta itu besok.” Ucapnya mengakhiri pembicaraan.
                Yah, dia ngambek.
                Jam 19.00 lebih 19 menit 19 detik, tanpa mengetuk pintu kamar Kai aku langsung membuka pintunya. Ku masukkan kepalaku terlebih dahulu untuk mengetahui posisi dan keadaannya.
                “ apa kau tak pernah diajarkan sopan santun?!” tanyanya dengan mata tetap mengarah pada Laptop sambil memetik gitarnya.
                Kutegakkan badanku lalu masuk ke kamarnya,“ inikan rumahku.” Ucapku tak mau kalah.
                Ku coba memusatkan pikiranku, berkonsentrasi untuk mengetahui apa yang akan dilakukannya tapi ternyata tidak berhasil, ada sesuatu yang menyelubunginya sehingga aku tidak bisa membaca pikirannya. Ugh…
                “ mau apa lagi kau?” tanyanya membuyarkan konsentrasiku.
                “ hmm,, kau sudah mengerjakan tugas fisika?” tanyaku padanya, walau pun dia berbeda kelas denganku, tapi aku tahu kalau guru itu juga memberikan soal yang sama pada kelas Kai.
                “ belum, walaupun sudah aku tidak akan meminjamkannya padamu.” Jawabnya santai.
                “ huh?” jangan-jangan dia yang bisa membaca pikiranku.
                “pergi sana. Kerjakan sendiri.”ucapnya lagi, mungkin itu hanya kebetulan.
                Aku mulai mendekatinya untuk berdiri disampingnya. “ ayolah, bantu aku, aku benar-benar tidak mengerti dengan soal-soal ini.” Rayuku dengan manja, menoel-noel lengannya yang memegang gitar.
                “ aku.tidak.mau.!” Ucapnya menekankan setiap katanya.
                Huh. Aku mulai kesal padanya. Dengan cepat ku rebut gitar ditangannya sehingga berpindah ke tanganku.
                “ heh?” ucapnya kaget, “ sejak kapan kau-“
                Ku genjrenng senar gitar itu dan mulai menyanyi dengan suara fals sefals-falsnya yang aku buat-buat.
                “ KAI… bantu aku mengerjakan PR yang memyebalkan ini, aku mulai setrezzz.”
                Ku lihat Kai menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangannya. Haha… rasakan.
                Dia mulai menyerah,“ ok ok, aku akan membantumu, tapi hentikan itu.”
                “ yeeeeee..” aku sampai melompat-lompat saking senangnya.
                Kai menyerah dan mulai mengajariku. 1 jam kemudian aku selesai mengerjakan PR menyebalkan ku itu.
                “ akhirnya..” ucapku lega. “ boleh aku Tanya sesuatu?” tanyaku kemudian.
                “ apa lagi?” tanyanya merasa terusik dengan pertanyaanku.
                “ kenapa kau menjadi cowok playboy?”
                “ huh?” tanyanya kaget, “ kenapa kau bertanya seperti itu? Kau mau menjadi salah ssatu kekasihku?” tanyanya dengan tatapan menggoda kearahku.
                “ what? Jangan harap. Trimakasih atas bantuanmu.” Ucapku membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan kamarnya.
                Kenapa aku bisa bertanya seperti itu, tapi dia selalu membuatku penasaran. Akh…
                “ Yuri..” panggil Kai dari depan pintu kamarnya.
                “ ya.”
                “ karna aku sudah menolongmu, maka kau juga harus membalasnya.”
                Aku menghela napas mendengar kalimatnya itu, “ dasar pamrih. Ok, apa yang bisa ku bantu?”
                “ besok malam adalah perkenalan bandku, akan ada banyak produser rekaman. semua yang datang kesana diharuskan punya teman kencan.”
                “ aku tidak mau menjadi teman kencanmu. Aku tidak suka ada ditempat yang ramai.” Ucapku memotong kalimatnya. Tempat ramai membuatku pusing.
                “ kau harus mau, kalau tidak aku akan mengatakan pada para fans ku kalau aku tinggal bersamamu.” Ucapnya tersenyum licik.
                “ what?” aku berpikir sebentar. “ ok. Terserah kau.”
                “ sibh.” Ucapnya menang. “ tentang cowok playboy tadi.. aku bukan cowok seperti itu, aku hanya kasihan melihat mereka yang terus menerus menyatakan cintanya padaku. Well, aku menerima mereka karna kasihan. Tenggang waktu yang aku tentukan hanya 1 minggu untuk mereka.” Tambahnya menyenderkan tubuhnya di dinding samping pintu kamarnya yang terbuka.
                Apa? Hanya kasihan, tapi kata-katanya yang terakhir sungguh tak berperi kepacaran.
                “ oh…” hanya itu yang bisa aku katakana padanya.
                “ ok. Besok kita akan merenovasimu.” Ucapnya mengakhiri pembicaraan lalu kembali masuk ke kamarnya.
                Huh? Merenovasi? Memangnya aku apa? Kugerakkan kursi yang akan diduduki Kai dikamarnya dan….buk..
                “ au.” Ucapnya sedikit berteriak memegangi pantatnya yang dengan relanya mencium lantai itu. Haha.. rasakan.
@@@
                Siang ini Kai mengajakku berbelanja, dia juga yang memilihkan pakaian untukku, hah. Kurasa aku bukan cewek deh..haha. ini tempat terakhir yang harus aku kunjungi. Salon. Aku benci tempat ini. Aku sangat tersiksa saat menemani Nami di salon, dan sekarang Kai menyuruhku ke salon? Mau membunuhku dia.
                “ Hai Akita..” sapa Kai saat kami mendekati seorang wanita yang mempunyai tempat ini.
                “ Kai… aku merindukanmu.” Ucap wanita yang di panggil Akita lalu memeluk Kai.
                Aku bisa mendengar pikirannya. Hihi, dia cemburu padaku.
                “ siapa dia Kai?” Tanya Akita melepaskan pelukannya.
                “ ini temanku, aku memerlukan dia malam ini, tolong ya.” Jawab Kai.
                “ oh, hanya teman.” Ucap Akita tersenyum, lalu mulai merenovasiku. Heh, kenapa aku ikut-ikutan mengatakan hal itu. Kenapa harus repot-repot seperti ini sih, aku bisa menata semuanya sendiri tanpa mengeluarkan tenagaku dan tanpa memakan waktu lama. Hufttt…
                1 jam kemudian….
                “ wanitamu cantik kan?” Tanya Akita membimbingku ke tempat Kai menungguku.
                “ trima kasih.” Ucapku. Ya.. ku akui hasil kerjanya lumayanlah.
                Detik berikutnya Kai mulai membimbingku masuk ke mobilnya. Aku bisa melihat semburat merah dipipinya. Ahaha, walau pun aku tidak bisa membaca pikirannya tapi aku tahu kalau dia tersipu malu melihatku. Seharusnya kan aku yang seperti itu.
                “ siap..” ucapnya mengulurkan tangan dan membantuku keluar dari mobilnya.
                Kusisipkan tangnku di lengannya dan kami mulai memasuki ruang pesta itu. Semua mata tertuju pada kami saat kami melewati pintu.
                ‘serasi sekali mereka’
                ‘siapa wanita itu?’
                ‘Kai ganteng banget, tapi siapa dia?’
                ‘cantik.’ ‘keren’
                Itu pikiran dari beberapa orang yang ada disana.
                “ kai..” ucap seseorang melambaikan tangnnya ke  arah Kai.
                Kai mendekati orang itu yang ternyata adalah personil band Kai itu. “ jangan membuatku malu.” Bisiknya saat kami berjalan mendekati mereka.
                “ Hei.. siapa dia?” Tanya Kaito, sang gitaris Angel Devil.
                “ oh, kau mengajaknya ya.” Ucap sang Bassis, Shinichi dari balik teman-temannya.
                Aku hanya tersenyum, ternyata banyak yang memujiku, walau pun mereka tidak mengatakan padaku secara langsung.
                “ Yuri…kau ada disini juga.?” Tanya Nami yang mengandeng seseorang, kukira dia Inu, sang drummer.
                “ kalian saling kenal?” Tanya Inu.
                “ ya, Nami sahabatku dan teman sekolahku di sekolah yang lama.” Jawabku.
                Acara itupun dimulai. Ternyata banyak yang tertarik dengan band yang dipimpin oleh Kai itu. Ku akui mereka semua memang keren, tak heran bila sebagian penggemarnya itu adalah cewek.
                “ hum, katamu kau tidak mau datang kesini.” Ucap Nami berbisik.
                “ huh? Jadi ini acara yang kau katakana di telpon waktu itu? Dan aku tetap akan menyanyi disini?” ucapku nerocos.
                “ heh, tak sopan kau membaca pikiranku. Tapi yasudahlah. Sebentar lagi giliranmu.” Bisik Nami  tersenyum licik.
                “ Na-“ belum sempat aku memarahi orang di sebelahku ini sang Host diatas sana sudah memanggilku.
                “ para hadirin, kita mendapatkan sebuah kehormatan besar dalam acara kita. Kita sambut Sayuri Iwata, putri tuan Hatori Iwata yang akan mempersembahkan sebuah lagu.”
                Semua teman-teman Kai menatapku dan berbagai pertanyaan muncul dikepala mereka. Ku rasa Kai juga, tapi aku tak tahu isi kepalanya, dia hanya menatapku heran, seakan tak percaya dengan apa yang dilihat dan di dengarnya. Nami, kau membuat semuanya kacau.
                Dari atas panggung aku bisa melihat para tamu dibawah sana. Mataku tertuju pada seseorang disudut ruangan seorang pria bersama para gadis. Aku mulai mengalunkan sebuah lagu tanpa memperdulikan pria itu, lagu yang kuciptakan satu tahun yang lalu. Saat aku masih bersama pria di sudut ruangan itu. Lee, kekasihku yang ternyata sudah menghianatiku. Itulah penyebab aku memilih untuk pindah sekolah.
                “ beri tepuk tangan untuk Nona Iwata. Timakasih.” Ucap sang host setelah aku selesai.
                “ kenapa kau tidak bilang padaku?” bisik Kai saat aku sampai di dekatnya.
                Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaanya. Nami awas kau…
                “ kau-“
                “ my honey..” teriak seorang wanita mendekati Kai dan memeluknya.
                “ Keka, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Kai padanya.
                “ tadi Shinjo bilang kalau kau tidak punya teman kencan, jadi aku-“, tatapannya mulai mengarah padaku, “ siapa dia?” Tanyanya ketus padaku tentunya.
                “ Argh..” terdengar Kai mulai kesal. “ dia teman kencanku. Pulanglah.”
                “ My Honey, tega sekali kau padaku.”
                “ Shinjo, bawa dia pergi.”ucap Kai memerintahkan orang yang bernama Shinjo itu.
                “ hei kau gadis perebut pacar orang.” Ucap wanita itu, mengambil gelas di tangan seorang tamu dan menyiram wajahku.
                Akh, seharusnya aku bisa menghindar tadi. Nami mengambil tisyu di tasnya dan membantu membersihkan wajahku di toilet. Dan Kai menarik gadis itu keluar ruangan.
                “ aku tidak apa-apa.” Ucapku menjawab pertanyaan di kepala Nami. “ kenapa kau tidak bilang kalau Lee juga ada di sini?”
                “ Lee? Aku tidak tahu mengenai hal itu.”
Kai P.O.V
                “ sayang, dia hanya temanmu malam ini kan?” Tanya Keka masih dengan memelukku.
                “ kenapa kau ada disini.?” Tanyaku masih kesal dengan sikapnya yang membuatku malu.
                “ sayang.” Rengeknya lagi.
                “ pergi dari sini atau aku akan mengakhiri hubungan kita malam ini juga.” Ancamku.
                Shinjo segera membawa perusuh besar ini pergi dari hadapanku. Sungguh memalukan. Yuri pasti marah padaku. Akh. Bagaimana Shinjo bisa melakukan ini padaku. Yuri kau ada dimana. Kusapu seluruh penjuru ruangan dengan mataku, tapi aku tak menemukan gadis itu dimanapun.
                “ Kai, kau sungguh membuatnya malu.” Ucap Nami menghampiriku.
                “ mana aku tahu kalau akan seperti ini kejadiannya.”
                “ kenapa kau tidak bilang kalau teman kencanmu itu putri Guru Iwata?” Tanya Kaito.
                “ mana aku tahu, dia tidak pernah mengataknnya padaku. Dan juga kelakuannya tidak mencerminkan semua itu.” Ucapku membela diriku sendiri.
                Yuri muncul dari arah kamar mandi, wajahnya sudah rapi kembali.
                “ maaf lama.” Ucapnya tersenyum.
                Bahkan setelah kejadian tadi dia masih bisa tersenyum manis seperti itu. Akh, wanita macam apa dia? Tengah malam pesta itu baru selesai. Aku takut sekali kalau dia marah padaku tentang kejadian tadi. Sesampainya dirumah dia langsung masuk ke kamarnya.
                Saat ku menikmati kopi di beranda rumah aku sempat melihatnya keluar dari kamar. Aneh sekali dia berjalan membungkuk memegangi perutnya dan seperti mencari sesuatu. Apa pusarnya hilang. Wkwkwkwk.
                “ mencari apa kau?” tanyaku akhirnya.
                “ obat penghilang rasa sakit, perutku kram.” Jawabnya menahan sakit.
                “ kenapa tadi tidak mampir ke apotek dulu?”
                “ mana aku tahu kalau ini tanggalnya dan seingatku aku masih punya.”ucapnya lalu masuk ke kamarnya masih dengan memegangi perutnya, apa maksudnya?
                “ kau tidak apa-apa?” tanyaku mengikuti ke kamarnya.
                “ sana tidur, aku sudah biasa, tiap bulan juga begini.”
                Ok kalau itu yang dia mau, kutinggalkan dia dan kembali menikmati kopiku dikamarku. Kenapa aku ini, aku benar-benar tidak tenang. Apa keadaannya sudah membaik?
                “ Yuri.. kau sudah tidur?” tanyaku di depan pintu kamarnya.
                “ belum.” Jawabnya menahan sakit.
                Segera ku buka pintu kamarnya dan duduk disebelah tempat dia berbaring. Ku lihat dia meringkuk di tempat tidurnya dan keadaannya semakin parah, wajahnya mulai pucat.
                “ kau yakin tidak apa-apa?”
                “ iya.” Jawabnya lemah.
                “ apa sesakit itu?”
                “ sudahlah, sana tidur.”
                “ kukira kau harus kerumah sakit.”
                “ masak hanya datang bulan aku harus ke rumah sakit.”
                “ huh? Datang bulan?”
                “ kau kira apa?” ucapnya menjitak kepalaku.
                Aku sedikit malu mendengarnya. Hah, ternyata dia sedang datang bulan.
                “ apa yang bisa aku lakukan untukmu?” Tanya ku menyingkirkan rambut yang menutupi matanya. “ akan ku belikan obat untukmu.”
                “ bodoh, lewat tengah malam begini mana ada apotek yang masih buka?” Ucapnya menjitak kepalaku lagi.
                “ au. Sakit tahu. Apotek juga ada yang buka 24 jam kan.” Ucapku lalu bergegas pergi.
                Huh, dia tak hentinya merepotkanku. Segera ku kendarai mobilku dan mencari apotek. Saat ku kembali dan masuk ke kamarnya ku lihat dia sudah meringkuk dilantai.
                “ kenapa kau tidur dibawah?” tanyaku membangunkannya dan kembali menidurkannya di tempat tidurnya. “ ayo minum obatmu.”
                Dengan patuh dia segera meminum obatnya.
                “ trimakasih.” Ucapnya lalu memelukku. “ aku senang kau ada disini.”
                Perasaan apa ini. Sebuah rasa yang aneh.
                “ boleh aku minta tolong padamu?” Tanya Yuri melepaskan pelukannya.
                “ apa lagi?” dia mulai berbaring dan menarik tanganku hingga telapak tanganku menyentuh perutnya. “ apa yang kau-“
                “ buat gerakan memutar diatas perutku, Nami selalu melakukan ini saat perutku kram.”
                Aku menyerah, dan kuturuti permintaannya. Benar saja baru beberapa menit keadaannya mulai membaik.
                “ trimakasih kau sudah mau melakukan ini, bahkan ayahku pun tak pernah melakukan ini. Andai ayakku seperti dirimu.” Ucapnya terenyum. Manis.
                “ seperti orang bodoh saja aku ini. Ya, soal ayahmu, kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau putri tuan Iwata.”
                “ kenapa aku harus memberitahukannya padamu, dan aku minta kau jangan mengatakan semua yang terjadi malam ini pada anak-anak disekolah.”
                “ kenapa?”
                “ karna aku tidak mau terus berada di bawah bayang-bayang ayahku.” Ucapnya murung.
                “ ok, tapi aku tidak janji. Eh, aku juga mau minta maaf soal wanita tadi.”
                “ tidak masalah. Aku tahu dia pasti salah satu kekasihmu.”
                “ bukan, dia gadis yang dijodohkan padaku oleh ibuku. Aku sama sekali tidak menyukainya.”
                Aku menceritakan panjang lebar tentang perjodohanku, karna aku tak mendengar komentarnya kualihkan mataku menatap sosok Yuri yang sudah terlelap. Dasar. Wajahnya saat tidur sanagt mengemaskan, kurasa aku bisa menatapnya berjam-jam kalau dia tidur seperti ini. Akh, kupikir aku sudah gila kali ini, tak pernah aku merasakan perasaan ini kepada semua wanita yang mendekatiku. Kukecup keningnya dan kembali ke kamarku untuk tidur.
Yuri P.O.V
                Tangannya hangatnya yang mengusap perutku sudah membiusku, saat Kai mulai bercerita tentang perjodohannya pun aku sudah terlelap. Pagi harinya aku menemukannya sedang bersiap untuk jogging.
                “ pagi..” sapaku lalu duduk di beranda.
                “ kau sudah baikan?” tanyanya tanpa menghentikan gerakan pemanasannya.
                “ yup, trimakasih untuk semalam. Boleh aku ikut jogging?”
                “ tentu.” Jawabnya tersenyum ke arahku. Keren.
                Kecanggungan diantara aku dan Kai mulai mencair, sikap dinginnya sudah berkurang padaku.
                “ maaf tadi malam aku tertidur.” Ucapku ditengah jogging kami.
                “ hum,,, kurasa aku tipe pendongeng yang berbakat.” Candanya.
                Tiba-tiba aku tersenyum saat mendengar pikiran dua sejoli yang jogging melewati kami.
                “ apa yang lucu?” tanyanya heran.
                “ kau lihat sejoli yang melewati kita tadi?”
                “ uh-hum.”
                “ mereka bertanya kemana kaos kaki kananmu.” Jawabku masih menahan tawa.
                Kai langsung mengarahkan pandangannya ke arah kakinya. Mukanya memerah.
                “ ini tern baru tahu… eh, dari mana kau tahu, aku tidak mendengar ucapan mereka, seharusnya aku yang lebih mendengarnya dari pada kau.”
                “ eh, aku hanya-“ bagaimana ini, apa yang harus kukatakan.
                “ my honey..” teriak seorang wanita, Keka. Untung saja.
                “ mau apa lagi dia?” ucap Kai sebal.
                “ kau lagi. Kenapa kau belum menjauh dari pacarku.” Ucap Keka bergelayut di lengan Kai.
                “ mau apa kau disini?” Tanya Kai menyingkirkan tangan Keka.
                “ dasar wanita murahan.” Ucap Keka berniat menamparku, tapi aku sudah mengetahuinya lebih dahulu jadi aku bisa menahan tangannya.
                “ aku benci wanita seperti kau. Aku tahu tujuanmu dan keluargamu mendekati Kai.” Ucapku masih memegang tangannya, menatap tajam ke  arah wanita didepanku.
                “ jangan ganggu hubungan kami.” Ucapnya lalu pergi
                “ apa maksudmu tadi?” Tanya Kai memegang kedua bahuku agar kami bisa berhadapan.
                “ tidak ada. Aku mau pulang.” Ucapku lalu berlari meninggalkannya.
                Hari ini berlalu begitu saja tanpa ada yang berarti bagiku. Karna merasa bosan kumainkan sendok makanku, berputar-putar di depan si meong, kucing peliharaanku dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Si meongpun mengejarnya hingga membuatku tertawa karna tingkah lucunya itu. Dan tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh sosok Kai yang menatap ke arah ku dan si meong dari depan pintu kamarnya.
                “ K-Kai.” Ucapku gugup lalu menjatuhkan sendok itu. “ sejak kapan kau ada disana?”
                “ 15 menit yang lalu.” Jawabnya mendekat kearahku. “ kau yang melakukannya?” tanyanya menatap lurus kemataku.
                “ huh? Aku hanya bermain dengan si meong.”
                “ kau yang menggerakkannya tadi.”
                “ akh, mungkin hanya halusinasimu saja. Huah.” Ku buka lebar mulutku seperti orang menguap untuk menghindar dari pertanyaannya. “ aku ngantuk. Sampai jumpa besok.” Ucapku lalu pergi kekamarku dengan membawa si meong.
                ‘ kenapa aku harus mengatakan padanya?’ tanyaku pada si meong. ‘ meong, kalau dia tahu, pasti dia akan menganggapku bukan manusia normal. Kalau saja aku bisa membaca pikirannya.’
@@@
                Siang ini aku kembali melarikan diri dari ekstrakulikuler sainsku. Aku tidak suka sains dan guru yang pikirannya dipenuhi oleh laki-laki itu. Hal yang paling nikmat adalah berbaring di sini, di tempat rahasiaku. Kupejamkan mataku merasakan bau daun kering yang berada disekitarku, bau khas rumput-rumput dan bunga-bunga yang indah.
                ‘ kau membolos lagi?’ Tanya sebuah suara yang sudah sangat ku kenal. Teman kelinciku. Nemo.
                “ yup..seratus untukmu.” Jawabku masih dengan mata tertutup.
                ‘ dasar pemalas.’
                Tiba-tiba kurasakan sebuah jari yang hangat membelai pipiku. Kurasa itu Nemo.
                “ Nemo kau membuatku geli.” Ucapku lalu membuka mataku dan betapa terkejutnya yang ku temukan malah sosok itu. “ K-Kai, sedang apa kau disini.?” Tanyaku bergegas merubah posisiku menjadi duduk.
                Kai mengangkat sebelah alisnya, “ siapa Nemo?”
                “ N-Nemo..”
                “ pacarmu?”
                “ eh, bukan dia seekor kelinci, ups. .” aduh, apa yang aku katakan. Ku tepuk jidatku sendiri menyesali kata-kataku.
                “ jadi pacarmu seekor kelinci, eh?” tanyanya mulai menatapku, tatapannya aneh.
                “ bukan..bukan…..hmm, dia temanku disini. Heh, untuk apa kau disini?”
                “ aku hanya penasaran kemana kau pergi setiap kali kau membolos ekstra sains, jadi-“
                “ jadi kau mengikutiku?” tanyaku memotong ucapannya.
                Kai membaringkan tubuhnya dan menghela napas,“ begitulah. Aku baru tahu ada tempat seindah ini di hutan yang menyeramkan ini.”
                “ ya..kebanyakan orang hanya melihat penampilan luarnya saja, padahal yang luarnya bagus pun bisa menipu, seperti halnya orang yang keren, tapi ternyata hatinya seperti iblis.”
                “ hei, kurasa itu pengalaman pribadimu.”
                “ hehe..”
                “ kau bisa mengajariku untuk bicara pada kelinci itu?” tanyanya menunjuk Nemo yang memperhatikan kami.
                “ tentu.” Ide gila mulai memenuhi otakku. ‘ Nemo, kemari.’ Panggilku diam-diam pada Nemo. “ pegang kelinci itu, dekatkan pada wajahmu, pejamkan matamu dan pusatkan seluruh pikiranmu padanya.” Ucapku, dengan bodohnya Kai melakukan semua yang ku katakan, aku tertawa geli melihat tingkahnya itu.
                “ aku tidak merasakan apapun.” Ucap Kai.
                “ konsentrasi dunk.” Ucapku pura-pura kesal, ‘ setelah hitungan ketiga, cium dia. OK.’
                ‘ sibh.’ Ucap Nemo mengacungkan jarinya.
                “ tetap pejamkan matamu, dalam hitungan ketiga kau akan merasakannya.” Aku bangkit berdiri menjauh dari Kai dan Nemo. “ 1…2…. 3”
                ‘cup’ Kai membuka matanya karna kaget.
                “ Y.U.R.I..” teriak Kai melepaskan Nemo dan mengejarku.
                Tawaku semakin menjadi-jadi, hingga perutku terasa sakit.
                “ beraninya kau..” Kai masih berteriak-teriak mengejarku.” Kalau sampai tertangkap, akan ku cium kau.”
                Dan benar saja, Kai berhasil menangkapku. Menatapku yang masih tertawa.
                “ bagaimana rasanya?” tanyaku menahan tawa.
                “ akan ku buat kau merasakannya juga.” Eh, mau ngapain dia. Wajahnya semakin mendekat kearahku, aku tak bisa berbuat apapun rasanya kekuatanku terkunci di dekapannya. Kurang dari 5 centimeter, aku bisa merasakan hembusan napasnya yang menerpa bibirku dan…
                ‘sa rang eun a nil geo ra go, jeol dae ro a nil geo ra go’.. dering Hpnya menyadarkannya dan menyelamatkanku. ‘ thanks God.’
                “ kenapa Chi?” tanyanya pada orang diseberang. “ sorry..sorry, aku kesana sekarang.”
                Kuletakkan tanganku didepan dadaku, bernapas lega karna telah terselamatkan. Tapi detak jantungku masih berdegup kencang. Wajahku pasti sudah memerah sekarang.
                “ hei, kenapa wajah mu?” Tanya Kai menunjuk pipiku.
                “ huh? Inikan karna sinar matahari.” Jawabku menutupi wajahku.
                “ tadi aku hanya bercanda.”
                Kembali aku menghela napas lega.
                “ kenapa? Kau kecewa? Kalau kau mau aku bisa melanjutkannya.” Ucapnya dengan tatapan menggoda kearahku.
                “ hueks.. kalau kau berani melakukannya akanku lempar kau kejurang paling dalam.” Ancamku tanpa sadar menggerakkan tanganku dan sekarang kaki Kai sudah terangkat keudara.
                “ Yu-ri..”
                “ maaf-maaf. Cepat sana pergi, para Angel sudah menunggumu.” Ucapku mengalihkan pandanganku mencari Nemo. “ apa yang kau tunggu?” tanyaku menaikkan nada bicaraku.
                Kai mulai berjalan meninggalkanku dengan tatapan tidak percaya dan bertanya-tanya. Apa yang harus aku katakana padanya nanti.
                ‘ kenapa nggak jadi sih, padahal tadi aku udah antusias banget.’ Ucap Nemo menyadarkanku.
                “awas kau, kenapa kau tidak menolongku tadi.?”
                ‘ hum, jarang sekali aku bisa melihat adegan ciuman di depan mataku sendiri. Siapa tahu aku bisa mempraktekkannya dengan pasanganku kan?’ ucapnya lalu berlari meninggalkanku.
                “ Nemo, kalau tertangkap akan ku jadikan sate kelinci kau.” Sebenarnya aku bisa menangkap Nemo tanpa mengeluarkan tenagaku sedikitpun.
@@@
                 Aku sempat berharap semoga Kai tidak pulang, tapi kenapa harapanku jadi kenyataan, sampai tengah malam begini dia belum pulang juga. Apa aku harus menelephon ke hapenya tapi ntar kalau dia Ge-eR. Atau mungkin saja dia bersama para kekasihnya, tapi kenapa aku khawatir sekali, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya? Akh, kenapa aku ini, inget dia itu bukan siapa-siapa kamu Yuri.
                “tulilittt…tulilittt…you have a call!”ada apa Nami menelponku malam-malam seperti ini.
                “ Yuri… gawat..” ucapnya sebelum aku menyapa.
                “ kemana Lee membaawanya?” tanyaku mulai panic.
                “ heh.! Biarin aku ngomong ja kenapa sih.”
                “ aku segera kesana.” Ucapku lalu pergi begitu saja.
                Ternyata Kai diculik, buat apa sih Lee ngelakuin hal itu. Merepotkan. Ternyata Nami dan teman-teman Kai yang lain sedang mengintai di balik pohon itu, kenapa nggak langsung nolong Kai aja sih. Dasar. Haha… ternyata mereka udah babak belur duluan. Dengan santainya aku masuk kedalam ruangan untuk menyekap Kai itu.
                “ apa yang dia lakukan?” bisik Inu pada Nami.
                “ tenang Yuri pasti bisa mengatasinya.” Jawab Nami santai.
                “ dia mau cari mati ya?” ucap Shinichi mengintip dari balik pohon.
                Saat ku buka pintu itu kulihat Lee sedang meneguk tequilanya hanya seorang diri. Kemana yang lain. Oh, kekamar mandi. Dan dipojok ruangan kulihat Kai yang diikat dengan sebuah kursi. Tanpa berpikir panjang aku langsung menuju tempat Kai. Baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba Lee memelukku dari belakang.
                “ I miss You.” ucapnya berniat menciumku. Langsung saja ku plintir tangannya. Dan kulihat Kai mengangkat kepalanya. Kenapa dia harus bangun sekarang sih.
                “ Yuri, ngapain kamu disini?” tanyanya mulai panic.
                 “ menurut lo.?” Aku balik bertanya padanya dan segera membantu melepaskan ikatannya, belum selesai ku lepaskan preman-preman yang disewa Lee melai menyerangku, semuanya 10 orang. Hah? 10?
                “ tangkap Yuri, tapi jangan sampai menyakitinya.” Ucap Lee pada mereka.
                Aku sempat terkejut mendengar perkataan Lee. Aku tahu dia masih menyayangiku, aku pun begitu tapi penghianatannya padaku terlalu membuatku sakit hati. Mereka mulai menyerangku, tenaga dlamku mulai terkuras untuk melawan mereka. Tampak wajah pucat pada Kai dan Lee, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tiba-tiba benda-benda beterbangan dengan sendirinya. Setelah selesa semuanya kudekati Lee yang berdiri dengan memegang sebelah tangannya yang terluka akibat kelakuanku padanya saat dia hendak menciumku.
                “ Yuri, maafkan aku.. aku masih sangat mencintaimu.” Ucapnya sedikit menghindar dariku.
                “ aku tahu, kau tahu, semuanya tak akan seperti ini jika dulu kamu tidak melakukan itu.” Ucapku berdiri dihadapannya.
                “ Yuri.. “
                “ kita masih bisa berteman.” Ucapku menjawab pertanyaan dibenaknya dan menepuk bahunya dan tiba-tiba saja dia memelukku.
                Sementara Lee memelukku, kulepaskan ikatan Kai dengan tenaga dalamku yang masih tersisa. Dan segera kulepaskan pelukan Lee.
                “ sorry, Kai.” Ucap Lee pada Kai yang sudah berada di belakangku. “ aku cemburu saat melihat kalian di pesta malam itu.”
                “ yah, aku bisa memaafkanmu kalau kau tidak menganggu kami lagi.” Ucap Kai dengan tiba-tiba merangkulku.
                “ Lee, aku yakin kau bisa menemukan gadis lain yang lebih baik dariku, tapi jangan sekali-kali kau menyakitinya.” Ucap ku lalu mengecup keningnya.
                “ Thanks.” Ucapnya, lalu Kai menarikku keluar dari rumah itu, “ aku yakin kau adalah yang terbaik untuknya, jaga Yuri baik-baik.” Tambahnya pada Kai.
                “ aku nggak papa.” Jawabku saat Nami dan teman-teman Kai mendekat dengan pertanyaan itu dikepala mereka.
                Nami langsung menjitakku, “ sekali-kali biar aku ngomong dulu kenapa sih.” Ucapnya membantuku berjalan.
                “ hehe..kebiasaan. mau gimana lagi.” Ucapku tertawa.
                Inu, Shinichi dan Kaito menbantu Kai masuk kemobil mereka.
                “ Nami, aku nggak papa, aku Cuma….” Belum sempat menyelesaikan kalimatku tiba-tiba semua gelap. Aku pingsan.
Kai P.O.V
                Semua teman-teman mengantarku dan Yuri pulang kerumahnya. Aku masih tak percaya dengan yang dilakukan Yuri saat dia menolongku tadi dan… kenapa aku harus melhat adegan drama yang menjemukan itu. Yang hanya membuat hatiku sakit. Karena tanpa ku sadari aku telah jatuh cinta padanya.
                “ hei Kai, sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua didalam sana?” Tanya Shinichi.
                “ aku juga tidak tahu.” Jawabku. Sebaiknya aku tetap menjaga rahasia ini.
                “ lebih baik kalian pulang, aku akan menjaga Yuri. Kukira Kai juga tidak memerlukan penjaga.” Ucap Nami yang keluar dari kamar Yuri.
                “ Nami benar, sebaiknya kalian pulang, orang itu tidak akan menganggu kami lagi kok.” Ucapku mendorong Inu, Shinichi dan Kaito. Merekapun menurut dan pergi.
                “ apa Lee itu pacar Yuri?” tanyaku duduk di beranda rumah menatap langit yang hanya dihiasi oleh bulan.
                “ mantan, sebenarnya Lee masih mencintai Yuri, tapi Yuri sudah terlanjur sakit hati padanya.” Jawab Nami. “ hmm, kau tadi melihat semuanya?” Tanya Nami setelah keadaan hening.
                “ ya.” Jawabku masih dengan berbagai pertanyaan di benakku.
                “ aku harap kamu bisa merahasiakan semuanya.” Ucapnya memberikan secangkir the padaku.
                “ kau sudah tahu?” tanyaku menatapnya.
                “ ya. Yuri adalah sahabatku sejak kami masuk Tk, dia sudah seperti adikku sendiri.”
                “ jadi dia sudah seperti itu sejak dulu?”
                “ tidak, dia punya keistimewaan itu setelah ibunya meninggal.” Ucapnya kembali menatap ke langit, “dia mengatakan kalau itu diberikan ibunya. Yah aku juga tak begitu tahu tentang hal itu.”
                “ sebenarnya pernah melihatnya berbicara pada si meong, tapi kukira itu wajar, menginggat dia hanya sendirian.”
                “ bukan hanya itu, dia bisa menggerakkan benda hidup ataupun mati dengan pikirannya dan membaca pikiran.. yah sehingga dia juga bisa bicara pada siapapun. Itu yang sering membuatku kesal..” ucap Nami tersenyum seperti menginggat sesuatu. “ yah, kurasa keadaannya sudah membaik, aku harus pulang.”
                “ benarkah dia tidak apa-apa?” tanyaku menatap ke dalam kamar Yuri, terlihat Yuri yang masih tidur disana.
                Nami mulai berjalan menuju tasnya dan mulai membereskan tempat itu, “ dia hanya lelah. Sebentar lagi pasti bangun.” Ucapnya mengambil kunci mobilnya. “ ok, tolong jaga dia ya.”
                “ baiklah.” Jawabku melepas kepergiannya.
                Setelah Nami pergi aku segera mengecek keadaan Yuri. Dia memang terlihat baik-baik saja. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Tapi aku belum bisa memejamkan mataku. Kusapukan punggung tanganku ke wajah manisnya, berhati-hati agar dia tidak terusik, tapi itu hanya sia-sia., Yuri menggeliat dengan lucu ditempat tidurnya. Sekian hari aku tinggal bersamanya baru kali ini aku melihat wajah bangun tidurnya, lucu sekali. Mengucek-ucek matanya dan membukanya lebar-lebar dan menatap aneh padaku. Aku juga baru tahu kalau dia punya mata yang indah.
                “ kau baik-baik saja?” tanyanya masih dengan wajah tak mengerti karna aku hanya tersenyum tak mengatakan apapun.
Yuri P.O.V
                Aku terbangun karna merasakan sesuatu yang hangat diwajahku. Aku mulai menggeliat dan membuka mataku lebar-lebar setelah mengucek-uceknya beberapa kali, dan melihat Kai duduk disisi tempat tidurku, menatapku dengan aneh dan hanya tersenyum.
                “ kau baik-baik saja?” tanyaku menatapnya heran, tapi dia tetap diam seribu bahasa. “ apa kau kehilangan suaramu?” tanyaku lagi. “ Hei..” ucapku mulai kesal karna tidak ada jawaban apapun, dia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan-pertanyaanku.
                Ekspresinya berubah ketika melihatku sedikit kesal.
                “ why?”
                “ Nami bilang kau bisa membaca pikiran, aku punya banyak pertanyaan didalam pikiranku. Harusnya kau bisa mengetahiunya tanpa aku berbicara padamu.” Ucapnya.
                “ Nami mengatakannya padamu? Benar-benar tidak berperi kesahabatan.” Ucapku dengan wajah kesal.
                “ jadi? Dia hanya berbohong?” tanyanya lagi.
                “ yah, aku memang bisa membaca pikiran semua makhluk hidup kecuali tumbuhan, aku belum mempelajarinya.” Jawabku bangkit dari tempat tidurku dan duduk dengan menyenderkan badanku.
                “ lalu?”
                “ aku memang bisa membaca pikiran mereka, kecuali….” Ku biarkan kata-kataku menggantung.
                “ kecuali?”
                “ kecualli kau, aku tidak bisa membaca pikiranmu.” Ucapku menatapnya, Kai pun balas menatapku.
                “ huh?”
                “ kau benar-benar membuatku frustasi.” Ucapku melotot padanya. “ mungkin ada yang aneh dengan kepalamu, atau mungkin kau tidak normal.”
                “ hei, kau yang tidak normal.” Ucapnya berbalik melotot padaku, lalu tertawa tak henti-henti, “ Sukur deh…untung saja.” Ucapnya sambil mengelus-elus dadanya. “ kukira kau tahu semuanya.”
                “ katakana padaku apa yang kau rasakan saat ini?” tanyaku penasaran dengan sikapnya itu.
                “ berarti hanya pikiranku yang tidak bisa kau baca.” Ucapnya dan tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku semakin aku mundur malah semakin membuatku terpojok.
                “ eh, ma-mau apa kau..” ucapku tiba-tiba takut padanya dan argh..wajahnya semakin dekat, dan ‘plak.’ Jam wekerku melayang ke kepala Kai.
                “ auchhh..” ucapnya memegangi kepalanya. “ aku lupa tentang yang itu.”
                “ haha…jangan macam-macam denganku.” Ucapku menjitak kepalanya.
                “ tulilitttt….tulilittt….you have a call.” Hapeku berbunyi. “Lee.”
                “ apa tidak ada dering yang lebih bagus.” Ejek Kai yang masih mengusap-usap kepalanya, kukira tadi aku keterlaluan.
                “ ada apa malam-malam menelpon?” tanyaku pada suara diseberang.
                “ tidak ada, hanya mau memastikan keadaan kalian.”ucapnya dan kulihat Kai menggeser tempat duduknya mendekatkan telinganya ke hapeku.
                “ kami baik-baik saja.” Jawabku
                “ baiklah.”
                “ trimakasih Lee.” Ucapku memutuskan pembicaraan.
                “ perhatian sekali dia.” Ucap Kai menjauhkan telinganya.
                “ kenapa? Kau cemburu?” tanyaku dengan nada menggoda dan kembali berbaring.
                “ huh? Jangan harap.” Ucapnya menyembunyikan wajahnya yang memerah.
                “ hahaha..” kupegangi perut ku dengan wajah memelas.
                “ perutmu kram lagi?” Tanya Kai khawatir.
                “ hehe.. kau punya makanan tidak, aku lapar.” Ucapku tersenyum geli.
                Dan kurasakan Kai menjitak kepalaku.
                “ uuh..”
                “ laparnya ditunda besok aja.” Ucapnya tidur disebelahku dan memelukku dengan lembut.
                “ hei.. “ aku langsung bangun dan berdiri di tempat tidurku.”bukan muhrim, sana tidur dikamarmu.” Ucapku berkacak pinggang.
                “ aku ingin menemanimu.” Ucapnya manja.
                “ huh? Kau kira aku anak kecil. Sana pergi ke kamarmu. Atau… kau mau aku yang memindahkanmu?” ucapku menggoda dengan menaikkan tanganku, hal yang sering kulakukan ketika menggerakkan benda.
                “ stop.stop. ok aku pergi, aku masih ngeri melihatmu melakukan itu.” Ucapnya ngeri lalu bangun dari tempat tidurku.
                Xixixi, Kai berjalan keluar dari kamarku dengan lesu, akupun mengantarnya sampai depan kamarku berniat mengunci pintu supaya dia tidak menganggu tidurku.
                “ Kai..” ucapku menghampirinya didepan kamarku.
                “ Ya..” ucapnya berbalik kembali menghadapku, mengumpulkan keberanian dan dengan cepat aku mencium pipi kanannya. Kulihat wajah herannya lalu aku berlari kembali ke kamarku dan mengunci pintu, sebelum dia melihat wajahku yang memerah.
                Tanpa kusadari aku telah jatuh cinta padanya. Selamat datang di hidupku. Welcome to my live, Kai.
Kai P.O.V
                Entah kenapa, malam ini aku ingin bersamanya, menemaninya disini. Dan mulai malam ini aku berjanji takkan membiarkannya sendirian menjalani hidup ini. Tapi saat aku mengatakannya dia malah mengusirku keluar dari kamarnya. Kalau dia tidak mengancamku dengan hal itu.. huft.
                “ aku masih ngeri melihatmu melakukan hal itu.”
                Aku berjalan lesu, keluar dari kamarnya. Baru berjalan beberapa langkah dari kamarnya tiba-tiba saja dia memanggilku lagi. Dengan  cepat dia mencium pipi kananku.
                “ thanks.” Ucapnya setelah mencium pipi kananku lalu berlari kekamarnya. Sedangkan aku masih mematung ditempat tak percaya apa yang terjadi.
                “ cewek nakal..” gumamku tersenyum mengusap pipi kananku yang masih terasa hangat.
Author P.O.V
                Tak ada kata-kata cinta dalam kamus mereka hanya dengan sikap masing-masing semua menjadi jelas. Tak ada kata I luv U, Aku cinta kamu, Aishiteru, Saranghae ataupun yang lainnya hanya dengan kebersamaan. Mengalir apa adanya. Dan mereka sudah mendiskripsikannya sendiri.

FIN.~